Sabtu, 08 September 2012

PERKEMBANGAN ANAK PERSPEKTIF PSIKOLOGI

Unknown

1. Pengertian Perkembangan

Ilmu jiwa perkembangan kadang-kadang disebut ilmu jiwa genitis, ilmu jiwa anak. Akan tetapi kebanyakan pakar mempergunakan istilah psikologi perkembangan (Kartono, 1992 : 134). Adapun perkembangan adalah perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati. Sedangkan pertumbuhan merupakan dalam bentuk integrasi dari bagian-bagian fungsional.
Dari pengertian di atas, memberikan kesan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan yang hanya dapat diamati dengan memperhatikan perubahan-perubahan dalam bentuk tingkah laku pada saat setelah mencapai kematangan. Kematangan menunjukan kepada proses intrinsik  dari pencapaian tahap-tahap perkembangan. Kematangan lebih merupakan gejala biologis daripada gejala psikologis atau belajar (Hamalik, 1992 : 84).
Menurut Bareng Langefeld dan Weld juga mencakup istilah pertumbuh-an dan perkembangan menjadi satu kata, yaitu "kematangan". Dengan alasan bahwa manusia disebut "matang" jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat-tingkat tertentu. (Mapiare, 1982 : 43).
Istilah-istilah pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan orang secara "interchangeably" artinya kedua istilah itu dipakai secara silih berganti dengan maksud yang sama. Walaupun sebenarnya masing-masing istilah itu mempunyai pengertian yang berbeda. (Sumanto, 1990 : 39).
Menurut pandangan ahli biologi, istilah "pertumbuhan" diartikan sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensi tubuh dan bagian-bagiannya. Sedangkan istilah "perkembangan" dimaksud untuk menunjukkan perubahan-perubahan dalam bentuk atau bagian tubuh dan integritas berbagai bagiannya ke dalam suatu kesatuan fungsional, bila pertumbuhan itu berlangsung.
Menurut Crow and Crow bahwa perkembangan pada umumnya dibatasi oleh adanya perubahan-perubahan struktural dan fisiologis (jasmani), sejak bentuk janin hingga dewasa. Maka dengan demikian jelaslah, bahwa manusia dengan alamnya adalah merupakan suatu yang maha komplek dan saling bercampur antara faktor pertumbuhan jasmaniah dan faktor perkembangan rohaniah. Maka lebih lanjut menurut Crow and Crow, untuk membedakan istilah pertumbuhan dan perkembangan, seyogyanya berpandangan bahwa pertumbuh-an adalah proses perubahan yang berhubungan dengan kehidupan jasmaniah. Sedangkan perkembangan merupakan proses perubahan yang berhubungan dengan kehiduan kejiwaan.
Perubahan-perubahan tersebut biasanya melahirkan tingkah laku yang dapat ditandai meskipun tidak dapat diukur, namun dapat memastikan kapankah fase-fase yang terjadi pada manusia (Salahuddin, 1990 : 70-71). Jadi kedua istilah di atas yaitu antara pertumbuhan dan perkembangan, tidak bisa dipisahkan melainkan sangat berkaitan dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi peristiwa perkembangan juga bisa ditandai dengan adanya sifat-sifat yang baru, berbeda dari sebelumnya (Kasiran, 1983 : 23). Namun perkembangan menurut B. Hurloch, bahwa perkembangan itu bukan hanya sifat individual dan lingkungan yang dapat menentukan tingkah laku, akan tetapi juga proses kematangan dan pengalaman (B.Hurloch, 1968 : 12).
Namun untuk lebih memfokuskan pembahasan, maka perkembangan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah perkembangan anak yaitu kelompok usia muda yang batasan umurnya antara 6-12 tahun, dalam prosesnya diharapkan dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang berlaku umum setiap umur atau  fase-fase perkembangan yang akan dan sedang dilalui oleh seorang anak.

2. Prinsip-Prinsip Perkembangan

Dari pengertian tentang perkembangan di atas, maka dapat dikemuka-kan adanya prinsip-prinsip perkembangan, adapun prinsip-prinsip perkembangan yang aktif itu terletak di dalam diri anak sendiri. Jelasnya perkembangan itu bukan proses yang selalu digerakkan oleh faktor-faktor atau pengaruh dari luar (di luar individu anak). Akan tetapi gejala perkembangan dikendalikan dan diberi corak tertentu oleh pembawaan. Jiwa anak yang dinamis memberikan kekuatan dan corak tertentu pada segala tingkah lakunya, dan mendorong fase-fase perkembangan secara berturut-berturut. Oleh karena itu dikatakan bahwa mesin perkembangan itu secara kodrati sudah dilengkapi dengan self-starter yang mengatur tempo dan irama perkembangan anak.
Dari pernyataan di atas, psikologi lebih suka menggunakan istilah prinsip, aturan atau kaidah, dari pada istilah hukum. Beberapa prinsip perkembangan yang mendasari perkembangan setiap anak, antara lain :
              1.  Pemenuhan kebutuhan sebagai dinamika aktivitas anak.
              2.  Tempo dan ritme perkembangan yang khas (Kartono, 1995 : 37, 47)
              3.  Perkembangan tidak terbatas dalam arti tumbuh menjadi besar, tetapi mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progresif, teratur dan berkesinambungan.
              4.  Perkembangan dimulai dari respon-respon yang sifatnya umum menuju yang khusus.
              5.  Perkembangan terjadi karena faktor kematangan dan belajar, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam pembawaan (D.Gunarsah, : 4-6)
              6.  Laju perkembangan bersifat individual dan setiap individu itu berbeda, sehingga memiliki ciri khas sendiri (Hamalik, 1992 : 86).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Adanya sesuatu hal, pasti ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu disamping membahas tentang perkembangan anak, skripsi ini juga akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun yang mempengaruhi perkembangan adalah sejumlah faktor yang memungkinkan atau mempengaruhi warna jalannya peristiwa atau kejadian tersebut, namun manusia melihat kenyataan, bahwa tidak semua manusia berkembang sebagaimana yang diharapkan. Dari ini semua lahirlah di dalam pemikiran manusia problem-problem tentang kemungkinan-kemungkinan perkembangan dan realisasi potensi manusia. Maka dari sini para ahli telah bertikai pendapat dalam hal faktor mana yang lebih dominan pengaruhnya, sehingga pandangan-pandangan tersebut telah menimbulkan bermacam-macam teori mengenai perkembangan tingkah laku manusia, yang antara lain terhimpun dalam tiga pandangan besar (Salahuddin, 1990 : 77).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah :
a. Aliran Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
Pembawaan yang ada pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya (Purwanto, 1990 : 14). Menurut pandangan bahwa faktor hereditas (pembawaan) yang bersifat kodrat dari kelahiran, tidak dapat diubah oleh pengaruh apapun, meskipun ia sudah dewasa dan dididik. Pendidikan tidak akan dapat mengubah manusia, karena potensi itu bersifat kodrati. Adapun faham ini dipelopori oleh seorang tokoh Jerman yang bernama Schopenhauer.
Dengan demikian konsepsi dari faham aliran ini, dalam dunia pendidikan menimbulkan pandangan yang pesimisme, sebab menerima kepribadian sebagaimana adanya dan memandang pendidikan sebagai suatu usaha yang tidak berdaya dalam keribadian manusia (Pasaribu dan Simanjuntak, 1984 : 14).
b. Aliran Empirisme
Aliran empirisme ini mengutamakan peranan faktor pengalaman, lingkungan atau pendidikan dan tidak mengakui peranan faktor dasar atau pembawaan sejak lahir. Menurut kaum empiris, perkembangan individu semata-mata tidak dimungkinkan dan ditentukan oleh faktor pembawaan, tidak memainkan peran sama sekali. Adapun tokoh aliran ini adalah John Locke, yang mengatakan bahwa anak lahir bagaikan kertas putih. Ia juga terkenal sebagai seorang yang menganggap pendidikan sebagai "Maha Kuasa" untuk mencetak manusia macam apa saja yang dicita-citakan. Pengikut aliran ini menunjukkan jasa pendidikan dengan segala fasilitas yang tersedia, dalam menciptakan orang-orang besar kaliber dunia (Bawani, 1985 : 123).
Maka jelaslah baik aliran nativisme maupun aliran empirisme sama-sama menyandang kelemahan, karena pandangan masing-masing yang berat sebelah, lalu menyusullah aliran yang ketiga yaitu gabungan dari kedua aliran di atas.  
c. Aliran Konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh seorang tokoh yang berkebangsaan Jerman bernama William Stern. Dari macam-macam teori yang didapat, hanya teori ini yang dapat diterima oleh para ahli pada umumnya, karena teori ini merupakan salah satu hukum perkembangan individu, di samping adanya hukum-hukum yang lain. Aliran ini juga mengakui bahwa manusia bahwa pada dasarnya pembawaan dasar baik, atau sebaliknya. Maka tugas pendidikan adalah mengarahkan dan membimbing sifat-sifat yang baik itu supaya dapat berkembang secara wajar dan optimal.
Dan sebaliknya tugas pendidikan adalah menentukan sifat-sifat yang buruk itu, agar sifat-sifat itu tidak dapat berkembang (Salahuddin, 1990 : 79). Dan teori ini juga mempercayai adanya pengaruh dari pendi-dikan sebagaimana dalil al-Qur'an dalam surat Ali Imron ayat 37 yang berbunyi :
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُوْلٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا (آل عمران)
Artinya : "Maka Tuhannya menerima dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya" (Q.S. Ali Imron : 37)

Maka dari itu kedua faktor antara pembawaan dan lingkungan itu sama-sama penting dan tidak dapat dipisah-pisahkan serta tidak dapat diingkari. Dengan pembawaan saja tanpa lingkungan, anak manusia tidak akan berkembang, begitu pula sebaliknya (Bawani, 1985 : 124).
Ketiga aliran tersebut di atas merupakan rumusan dari sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, sehingga bila diuraikan lebih rinci faktor-faktor tersebut sangat banyak dan luas. Namun demikian, ketiga pendapat tersebut cukup representative untuk dijadikan pedoman dalam mengembangkan faktor lain yang ikut menentukan perkembangan anak, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmiran Woerjo, yang mula-mula membagi faktor-faktor perkembangan menjadi dua, yaitu faktor Endogen dan faktor Eksogen (Ibid : 125)

4. Periodisasi Perkembangan

Maksud dari periodisasi perkembangan anak adalah pembagian seluruh masa perkembangan seseorang ke dalam periode-periode tertentu. Dalam soal periodisasi ini juga mengundang perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Diantaranya adalah merasa keberatan diadakannya periodisasi perkembangan, kemudian ada yang setuju walaupun dengan catatan tertentu. Akan tetapi yang dinamakan ilmu jiwa perkembangan adalah ilmu amaliah yang mewujudkan suatu amal yang ilmiah. Dari segi ini mau tidak mau adanya periodisasi perkembangan menjadi teramat penting. Dengan mengetahui periode-periode tertentu, maka seseorang akan mudah mengetahui bahkan meramalkan sifat-sifat dan kecendrungan anak dalam masa-masa perkembangan. Tanpa periodisasi, sesungguhnya kita tidak bisa menyebutkan istilah bayi, anak kecil, dewasa dan lain sebagainya. Oleh karena itu setiap istilah tersebut telah mengandung adanya periodisasi (Bawani, 1985 : 131-132).
Selanjutnya periodisasi haruslah dipandang sebagai upaya "sekedar mempermudah" dalam mempelajari proses perkembangan seseorang. Dalam kaitannya dengan periodisasi perkembangan ini, penulis mencantumkan sebagian rumusan-rumusan periodisasi perkembangan menurut para ahli, antara lain sebagai berikut :
a. Aristoteles
Menggambarkan perkembangan anak lahir sampai dewasa dalam tiga periode, yaitu :
                  1.     0,0 - 7,0 tahun, masa anak kecil – masa bermain.
                  2.     7.0 – 12.0 tahun, masa anak, masa belajar.
                  3.     14,0 – 21,0 tahun, masa pubertas – masa menuju dewasa (sujanto, 1988 : 59)
b. M. Montessori
Ia membagi perkembangan anak sejak lahir sampai meninggal dunia dengan 4 periodisasi, yaitu :
                  1.     0,0 - 7,0 tahun, masa penerimaan dan pengaturan luar dengan alat indra.
                  2.     7.0 – 12.0 tahun, masa rencana abstrak, yaitu mulai mengenal kesusilaan.
                  3.     14,0 – 21,0 tahun, masa penemuan diri dan kepekaan masa sosial
                  4.     18.0 - … masa mempertahankan diri terhadap perbuatan-perbuatan negatif (Ibid : 60)
c. J. Haviguhrst
Yaitu berpangkal dari analisa perubahan psikis seseorang, periodisasi perkembangan dapat disusun sebagai berikut :
                     1.       Umur 0 - 6 tahun, masa bayi dan masa anak kecil
                     2.       Umur 6 - 12 tahun, masa kanak-kanak atau masa sekolah
                     3.       Umur 12 – 18 tahun, masa remaja
                     4.       Umur 18 - 30 tahun, masa dewasa awal
                     5.       Umur 30 - 50 tahun, masa setengah baya, masa dewasa lanjut.
                     6.       Umur 50 tahun ke atas dinamakan masa lanjut usia atau tua (Bawani, 1985 : 138).
Dari beberapa uraian di atas tentang periodisasi perkembangan penulis sudah banyak mencantumkan pendapat-pendapat ahli. Tujuannya adalah meng-gambarkan dengan tepat dan cermat gejala-gejala kejiwaan pada anak yang berbudaya dan normal sehingga yang diperhatikan hanyalah sifat-sifat yang umum (Dakir, 1986 : 9).
Dengan demikian, perkembangan anak berdasarkan periodisasi psikolo-gi diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran dalam melaksanakan proses belajar mengajar dalam sistem pendidikan Islam, karena usia yang masih dikatagorikan usia anak masih dimungkinkan untuk diusahakan memperoleh proses pendidikan yang baik sehingga dapat membentuk integrasi watak kepribadian intelektual dan profesionalitas yang baik pula. Oleh karena itu ilmu jiwa perkembangan dibagi menjadi dua periodisasi, yang sesuai dengan batasan umur, yaitu masa kanak-kanak awal antara umur 0 – 6 tahun dan masa kanak-kanak akhir antara umur 6–12 tahun yang disebut juga anak masa sekolah.
Dalam pembahasan skripsi, yang dibicarakan adalah kategori  kanak-kanak akhir, yaitu masa anak sekolah dasar yang pada umumnya berkisar umur 6 – 12 tahun.

5. Tugas-Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan adalah sesuatu yang diharapkan dapat dicapai seseorang dalam tahap-tahap perjalanan hidupnya (Bawani, 1995 : 115). Tugas perkembangan juga didefinisikan sebagai tugas-tugas khusus yang dilakukan oleh individu yang didorong oleh tekanan sosial (norma-norma sosial) agar individu yang bersangkutan bisa mempertahankan perkembangan yang normal sebagai makhluk sosial di tengah masyarakat, sehingga perkembangan mempu-nyai masa-masa kematangan dan masa peka (dari setiap fugsi kejiwaan) yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
James C. Coleman dalam bukunya "Abnormal psychology and modern life", membagi tugas-tugas perkembangan yang normal dalam tujuh kegiatan, yaitu :
           1.       Dari ketergantungan kea rah kebebasan
           2.       Dari prinsip kenikmatan (bayangan) ke arah prinsip kenyataan
           3.       Dari arah untuk menilai pribadi sendiri ke arah dunia luar
           4.       Dari otoplastik kea rah aloplastik
           5.       Dari non produktif menjadi produktif
           6.       Dari deferensiasi ke arah diferensiasi
           7.       Dari serba tidak sadar ke arah serba sadar (Kartono, 1982 : 243)
Tugas perkembangan timbul karena adanya 3 macam kekuatan yang berkerjasama, yaitu kematangan fisik tekanan-tekanan cultural dari masyarakat dan nilai-nilai serta hasrat pribadi dari seseorang (Soesilowindrani, tt : 23).
Pada masa kanak-kanak akhir, seseorang diharapkan mencapai tugas-tugas perkembangan, diantaranya sebagai berikut :
              1.    Belajar bergaul dan bermain bersama dengan teman-teman seusia
              2.    Belajar menyesuaikan diri dengan dirinya, sebagai pria atau wanita
              3.    Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung. 
Dengan mengetahui tugas perkembangan tersebut, diharapkan pendidik dapat mempersiapkan segala sesuatu yang dapat diperlukan agar anak dapat berkembang secara wajar dan maksimal untuk menyongsong perkembangan berikutnya, dan tugas perkembangan ini akan dapat dilaksanakan jika anak sudah memasuki kematangan dalam aspek yang harus diwujudkan dalam kenyataan.

6. Aspek-Aspek yang Berkembang dalam Fase-Fase Perkembangan

Ada banyak aspek yang berkembang dalam fase-fase perkembangan anak. Dalam perkembangan aktivitas-aktivitas pokok dari pada jiwa manusia yang meliputi : mengamati, menanggapi, melakukan fantasi, mengingat dan berpikir. Sedangkan fungsi-fungsi lainnya seperti perhatian, perasaan dan kemauan tidak termasuk sebagai aktivitas jiwa (Suanto, 1990 : 31)
Akan tetapi dalam pembahasan skripsi ini, penulis hanya mengungkap-kan beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan melaksanakan proses belajar mengajar pada sistem pendidikan Islam, diantaranya adalah :

a. Aspek Pengamatan

Pengamatan dapat didefinisikan sebagai gejala mengenal benda-benda sekitar dengan menggunakan alat indera yakni : penglihatan, pende-ngaran, perabaan, pembauan dan pengecapan (Ibid). Dalam perkembangan jiwa anak, pengamatan menduduki tempat yang sangat penting. Ada beberapa teori yang membahas adanya fase-fase pengamatan, diantaranya adalah :
1) Teori Meuman
Ia membedakan dengan 3 fase pengamatan, yaitu :
                              1.  Fase sintesa fantastis. Semua pengamatan atau penghayatan anak memberikan kesan total. Hanya beberapa bagian saja yang bisa ditangkap jelas oleh anak. Selanjutnya anak akan melengkapi tanggapan tersebut dengan fantasinya. Periode ini berlangsung pada usia 7–8 tahun.
                              2.  Fase analisa, 8 – 9 tahun. Ciri-ciri dari macam-macam benda mulai doperhatikan oleh anak. Dan fantasi anakpun mulai berkurang dan diganti dengan pemikiran yang lebih rasional.
                              3.  Fase sintesa logis, 12 tahun ke atas. Anak mulai memahami benda-benda dan peristiwa. Tumbuh wawasan akal budinya.
2) Teori Stern
Membagi fase fungsi pengamatan dengan 4 bagian, yaitu :
                              1.  Masa mengenal benda : 0 – 8 tahun, pengamatannya masih bersifat global. Disamping gambaran total yang samara-samar, anak ini telah dapat membedakan benda-benda tertentu misalnya manusia dan hewan.
                              2.  Stadium pembuatan, 8 – 9 tahun. Anak menaruh minat besar terhadap pekerjaan dan perbuatan orang dewasa dalam masa ini anak telah memperlihatkan perbuatan manusia dan hewan.
                              3.  Stadium hubungan (masa mengenal hubungan), 9 – 10 tahun dan selanjutnya. Anak mulai mengenal hubungan antara waktu perbuatan manusia dan hewan
                              4.  Stadium perihal (sifat). Anak mulai menganalisa hasil pengamatannya, dengan mengenal ciri-ciri atau sifat dari benda, orang atau peristiwa.
Dari penulisan pembagian fase di atas, justru banyak unsur persamaannya diantara kedua teori yang ditulis. Ringkasnya, pengamatan anak dalam periode sekolah rendah itu berlangsung, secara garis besarnya dapat disintesiskan sebagai berikut :
“ Dalam masa anak sekolah, perkembangan pengamatan merupakan peralihan dari keseluruhan, menuju pada bagian-bagiannya, menerima dengan pasif menuju pada sikap pemahaman atau menuju ke arah pengertian. Dari dunia fantasi menuju dunia realitas” (Kartono, 1995 : 136 – 137).

b. Aspek Tanggapan

Tanggapan biasa didefinisikan sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan dan tanggapan ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
                     1.  Tanggapan masa lampau yang sering disebut sebagai tanggapan ingatan.
                     2.  Tanggapan masa sekarang yang bisa disebut sebagai tanggapan imaginatif
                     3.  Tanggapan masa depan yang bisa disebut sebagai tanggapan antisipatif
Oleh karenanya peranan tanggapan mempunyai peranan penting juga bagi tingkah laku, maka hendaknya pendidikan mampu mengembangkan dan mengontrol tanggapan-tanggapan yang ada pada anak didik sehingga dengan demikian akan berkembang suatu kondisi motifatif bagi perbuatan belajar anak didik (Sumanto, 1990, : 23 – 24).  

c. Aspek (Perkembangan) Fantasi

Fantasi didefinisikan sebagai kemampuan daya jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan tanggapan yang telah ada, dan tanggapan baru itu tidak harus sesuai dengan kenyataan (Dakir, 1986 : 72). Dalam fantasi ini, tidak perlu harus didahului oleh suatu rangsangan tertentu. Tetapi begitu keinginan untuk berfantasi maka seketika itu fantasi yang dikehendaki terjadi, fantasi dapat dibedakan atas :
1) Fantasi sengaja dan disadari
Fantasi sengaja merupakan usaha imajiner dari subyek secara sengaja dan disadari. Fantasi sengaja ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
                            1.     Fantasi sengaja secara pasif yaitu yang tidak dikendalikan oleh pikiran dan kemauan.
                            2.     Fantasi sengaja secara aktif yaitu yang dikendalikan oleh pikiran dan kemauan.
2) Fantasi tidak disadari
Fantasi tidak disadari merupakan usaha dari subyek yang tidak disadari sehingga prosesnya sangat bebas, berubah dan tidak dengan pimpinan (Dakir, 1986 : 73).
Dalam perkembangan fantasi sejak anak berumur 5 – 6 tahun, perhatiannya mulali ditujukan ke dunia luar, misalnya melalui hiburan-hiburan, diantara membaca buku-buku cerita.
Baik fantasi sengaja maupun tidak sengaja, keduanya dapat bersifat mengabstrasikan atau mengkombinasikan. Fantasi mengabstrasi-kan apabila fantasi itu membentuk gambaran dengan menghilangkan bagian-bagian diantaranya. Fantasi mendeterminasikan, apabila fantasi itu membentuk gambaran baru dengan menggunakan skema tertentu. Fantasi bersifat mengkombinasikan apabila fantasi itu menggabungkan beberapa tanggapan (Sumanto, 1990 : 25)     

d. Aspek Perkembangan Ingatan dan Berpikir

Ingatan atau mengingat adalah memproduksi segala sesuatu yang telah disimpan dalam jiwa atas dasar akibat pencaman. Pencaman berarti meletakkan kesan sedemikian hingga tersimpan dan dapat diproduksi. Dari unsur mengingat adalah mencamkan, mengingat dan memproduksi (Dakir, 1986 : 60). Dan pikiranpun dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar bagian pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Jadi disini akal adalah sebagai kekuatan yang mengendalikan pikiran yang telah dimiliki atau diperoleh oleh manusia (Sumanto, 1990 : 29).
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah dasar berkembang secara berangsur-angsur dan secara tenang. Anak betul-betul ada dalam stadium belajar. Di samping keluarga, sekolah memberikan pengaruh yang sistematis terhadap pembentukan akal budi anak. Pengetahuannya bertambah secara pesat. Banyak keterampilan mulai dikuasai dan kebiasaan-kebiasaan tertentu mulai dikembangkannya. Dan hasrat untuk mengetahui realitas benda dan peristiwa-peristiwa mendorong anak untuk meneliti dan melakukan eksperimen.
Minat anak pada periode tersebut tercurah pada segala sesuatu yang sangat aktif dinamis. Segala sesuatu yang aktif dan bergerak akan tertuju pada macam-macam aktivitas. Semakin banyak dia berbuat, makin bergunalah aktivitas tersebut bagi proses pengembangan kepribadiannya. Ingatan anak pada usia 8 – 12 tahun ini mencapai intensitas paling besar dan paling kuat. Dan anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak (Kartono, 1995 : 138).
Dari beberapa pemaparan aspek-aspek yang berkembang dalam fase-fase perkembangan jiwa anak di atas, merupakan diantara perkembangan yang bisa diamati pada anak. Namun demikian bagi penulis cukuplah untuk mengetahui masa perkembangan akhir anak, sehingga dapat dijadikan bahan untuk menentukan formulasi proses belajar mengajar yang tepat bagi perkembangan anak tersebut dalam sistem pendidikan Islam. Dan mudah-mudahan bisa menentukan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Teknologi

Resources