PENDEKATAN, STRATEGI,
DAN METODE PEMBELAJARAN
A. Fauzan Rofiq, M.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka
pilihan model pembelajaran. Jika para guru (calon guru) telah dapat memahami
konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep
dan teori) pembelajaran sebagaimana akan dikemukakan, maka pada dasarnya guru
pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembela-jaran
tersebut secara tersendiri dan khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat
kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model
pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya
khazanah model pembelajaran yang telah ada.
Namun celakanya, dalam dunia pendidikan terdapat banyak istilah, baik
yang bersifat filosofis, konseptual, maupun praktis. Terkadang para guru atau
calon guru tidak memahami perbedaan masing-masing istilah tersebut, atau secara
sengaja mengaburkan batasan-batasan istilah tersebut karena ketidak-tahuannya, sehingga
mereka memperoleh pemahaman yang rancu terhadap istilah tersebut. Akibatnya,
mereka secara tanpa sadar juga mengimplementasikan istilah tersebut dalam
pembelajaran meskipun pada hakikatnya tidak tepat.
Terkadang metode dipahami sebagai pendekatan, atau strategi dipahami
sebagai teknik, atau sebaliknya. Padahal sintaks (urutan) makin mengkerucut
tentang istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
worldview-paradigma-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik.
Oleh karena itu, makalah ini berupaya meluruskan dan memposisikan
istilah-istilah yang ada dalam pembelajaran itu sebagaimana mestinya. Namun,
karena banyaknya perbedaan pemahaman, maka pembahasan dalam makalah ini lebih
banyak mengacu pada ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Nasional.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan, Strategi, dan Metode
Pembelajaran
Sebelum membahas tentang pengertian pendekatan, strategi,
dan metode (pembelajaran), maka hal pertama yang harus diketengahkan adalah
pengertian pembelajaran itu sendiri. Hal ini penting dalam rangka menyama-kan
persepsi tentang makna pembelajaran yang akan digandengkan dengan ketiga term tersebut. Dalam mendefinisikan pembelajaran
ini, penulis lebih menyepakati apa yang dirumuskan oleh Gagne dan Briggs (1979), bahwa pembelajaran (instruction) adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang dan
disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal.[1]
Selanjutnya, penulis akan menyajikan secara
komprehensif tentang pengertian pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran.
- Pengertian
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran menggambarkan suatu model yang
digunakan untuk mengatur pencapaian tujuan kurikulum dan memberi petunjuk
kepada guru mengenai langkah-langkah pencapaian tujuan itu.[2]
Pendekatan
pembelajaran dapat pula diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.[3]
Bagi penulis, pendekatan (approach) lebih merupakan
kerangka filosofis yang menjadi dasar pijak cara yang ditempuh seseorang untuk
mencapai tujuan seperti pendekatan humanis, liberal, teologis, quantum, dan
lainnya. Pendekatan ini terkadang disebut dengan teori. Setiap dasar filosofis
yang dipakai dalam pendidikan akan berkonsekuensi pada kerangka metodologis dan
teknik yang berbeda pula meskipun secara kasat mata terlihat sama.
Berdasarkan pandangan tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap
proses pembelajaran yang sifatnya masih sangat umum dan filosofis, di dalamnya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu guna dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
- Pengertian
Strategi Pembelajaran
Kata “strategi” berasal dari bahasa Inggris, yaitu
kata strategy yang berarti “siasat
atau taktik”.[4]
Untuk lebih memahami apa itu strategi pembelajaran, berikut pendapat para ahli
tentang istilah tersebut:
Zakky Fuad mengatakan, strategi pembelajaran adalah
suatu pola umum perbuatan guru di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.[5] Menurut
Ahmad Rohani, strategi pembelajaran (pengajaran) adalah pola umum tindakan
guru-murid dalam manifestasi pengajaran.[6] Senada
dengan pendapat itu, Syaiful Bahri dan Aswan Zain berpendapat bahwa strategi
pembelajaran adalah merupakan pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan.[7]
Selain itu, J. J. Hasibuan dan Moedjiono berpendapat
bahwa strategi pembelajaran merupakan pola umum untuk mewujudkan guru-murid di
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.[8] Menurut
Oemar Hamalik, strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses
belajar mengajar dan guru maupun anak didik terlibat di dalamnya secara aktif.[9] Nana
Sudjana dalam Ahmad Rohani menyatakan, bahwasanya strategi pembelajaran
(pengajaran) merupakan taktik yang digunakan pendidik dalam melaksanakan proses
belajar mengajar (pengajaran), agar dapat mempengaruhi anak didik mencapai
tujuan pembelajaran (taktik) secara efektif dan efisien.[10]
Sementara itu, Kemp dalam Wina Senjaya mengemukakan
bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien. J. R David juga dalam Wina Sanjaya menyatakan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil
dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.[11]
Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat memahami
bahwasannya strategi pembelajaran merupakan pola-pola tindakan yang digunakan
pendidik pada berbagai ragam event pengajaran dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan instruksional (tujuan pengajaran yang telah ditentukan).
Dengan kata lain konsep strategi pembelajaran dalam pandangan (pendapat) para
ahli tersebut di atas mengandung pengertian yakni berbagai kemungkinan terhadap
apa yang akan direncanakan dan dilaksanakan seorang pendidik pada proses
kegiatan pengajaran tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif
dan efisien.
- Pengertian Metode
Pembelajaran
Metode (Yunani:
methodos, Inggris: method, Arab: thariqah) secara
bahasa berarti cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
suatu maksud, atau cara mengajar dan lain sebagainya.[12] Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk
mencapai tujuan.[13]
Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu
kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan
konsep-konsep secara sistematis.[14]
Metode pembelajaran adalah cara guru memberikan
kesempatan pada murid untuk menerima, mengelola, dan menyimpan/menguasai bahan
pelajaran.[15]
Ada juga yang mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah cara guru dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.[16]
Dari beberapa pendapat itu, penulis dapat menyimpulkan
bahwa metode pembelajaran adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat dicapai
secara optimal.
B. Perbedaan Pendekatan, Strategi, dan Metode
Pembelajaran
Di atas sudah dijelaskan mengenai pengertian strategi,
pendekatan, dan metode pembelajaran. Selanjutnya, di manakah perbedaan di
antara ketiga term tersebut? Berikut batas-batas perbedaannya.
Akhmad
Sudradjat[17]
menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan
selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran sifatnya masih
konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode
pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a
plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a
way in achieving something” (Wina Sanjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran menekankan pada cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Selanjutnya
metode pembelajaran itu masih dijabarkan lagi ke dalam teknik dan taktik
pembelajaran. Di sini, teknik pembelajaran
lebih menekan-kan pada cara guru dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya
terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan
teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang
siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik
meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara
taktik
pembelajaran
merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentu yang sifatnya personal. Misalkan, terdapat dua orang
sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam
taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak
diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang
memiliki sense of humor, tetapi lebih
banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai
bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari
masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian
dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah
ilmu sekaligus juga seni (kiat).
Apabila
antara pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh, maka terbentuklah apa yang disebut
dengan model pembelajaran.
Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran.
Sebagai ilustrasi, suatu ketika banyak remaja putri
menggunakan model celana Jablai yang terinspirasi dari lagu dangdut dan film
Jablai. Sebagai sebuah model, celana jablai berbeda dengan celana model lain
meskipun dibuat berdasarkan pendekatan, metode, dan teknik yang sama. Perbedaan
tersebut terletak pada sajian, bentuk, warna, dan desainnya. Dalam pembelajaran,
guru dapat berkreasi dengan berbagai model pembelajaran yang khas secara
menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi siswa. Model guru tersebut dapat
pula berbeda dengan model guru di sekolah lain meskipun dalam persepsi
pendekatan dan metode yang sama.[18]
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa perbedaan antara pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model
pembelajaran terletak pada hal-hal berikut:
TABEL
1
KOMPARABILITAS
ANTARA PENDEKATAN, STRATEGI, METODE,
TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN
No
|
Term
Pembelajaran
|
Sisi
Komparabilitas
|
1
|
Pendekatan pembelajaran
|
Lebih merupakan titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses
pembelajaran yang sifatnya masih sangat umum; di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu.
|
2
|
Strategi pembelajaran
|
Lebih berifat konseptual untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
|
3
|
Metode pembelajaran
|
Menekankan pada cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
|
4
|
Teknik pembelajaran
|
Lebih mengarah pada implementasi metode secara spesifik dan teknis.
|
5
|
Taktik pembelajaran
|
Lebih mengarah pada gaya mengajar seorang guru yang bersifat personal. Di sini bertemu
antara ilmu (mengajar) dan seni.
|
6
|
Model pembelajaran
|
Bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan
taktik pembelajaran.
|
C. Macam-macam Pendekatan, Strategi, dan Metode
Pembelajaran
Untuk memberikan gambaran konkret tentang strategi,
pendekatan, dan metode pembelajaran, berikut akan dijabarkan macam-macam atau
jenis dari masing-masing term tersebut.
- Macam-macam Pendekatan Pembelajaran
Ada banyak pendekatan pembelajaran yang digunakan di
dunia pendidikan, terutama yang biasa digunakan di tingkat pra sekolah sampai
dengan sekolah lanjutan. Namun secara umum aneka pendekatan tersebut dapat dikelompokkan
pada dua kecenderungan, yaitu:
a.
Student centered/oriented
approach, yakni pendekatan pembelajaran yang berpusat atau berorientasi pada
siswa.
b.
Teacher centered/oriented
approach, yakni pendekatan pembelajaran yang berpusat atau berorientasi pada
siswa.[19]
- Macam-macam Strategi Pembelajaran
Pembagian strategi pembelajaran sangat tergantung pada:
a) strategi pengorganisasian pembelajaran, b) strategi penyampaian pembela-jaran,
dan c) strategi pengelolaan pembelajaran. Selain itu, pembagiannya juga harus
mempertimbangkan hal-hal berikut: a) pertimbangan proses pengolahan pesan, b) pertimbangan
pengaturan guru, c) pertimbangan jumlah siswa, d) pertimbangan interaksi guru
dan siswa, dan e) pertimbangan berdasarkan taksonomi hasil belajar
Berdasarkan
pertimbangan di atas, maka strategi pembelajaran dapat dibagi menjadi dua,
yaitu: Exposition-discovery learning dan Group-individual learning.[20] Selain itu, ditinjau dari
cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
menjadi: a) strategi pembelajaran induktif, b) strategi pembelajaran deduktif.
a.
Exposition-Discovery Learning
Exposition learning adalah strategi guru
dengan menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi,
sistematik dan lengkap, sedangkan siswa menyimak dan mencernanya secara teratur
dan tertib.[21]
Hal yang menonjol dalam strategi pembelajaran ekspositori adalah tujuannya yang
utama yaitu memindahkan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sikap pada
anak didik.
Inquiry-discovery learning adalah
strategi pembelajaran yang mana siswa lebih aktif sedangkan guru menyiapkan
bahan pelajaran tidak dalam bentuk final. Siswa mencari dan menemukan sendiri
dengan menggunakan teknik pemecahan masalah.[22]
b.
Group-Individual Learning
Group learning
merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan peran setiap anak didik
dalam belajar bekerjasama (kelompok) dan bertanggung jawab dalam aktivitas
pembelajaran. Pada umumnya pelaksanaannya diwujudkan dalam bentuk diskusi,
simulasi (bentuk pembelajaran dengan berlatih memerankan peran tertentu secara
aktif dan realistis).[23]
Individual learning adalah strategi
pembelajaran yang diorientasikan agar anak didik melakukan suatu kegiatan
belajar secara mandiri (perseorangan).[24] Pendidik berperan sebagai
fasilitator, pem-bimbing dan pengevaluasi, sedangkan anak didik berperan
sebagai subjek yang belajar secara mandiri berdasarkan kemampuan sendiri.
TABEL 2
PEMBAGIAN
PEMBELAJARAN KELOMPOK
DAN INDIVIDUAL
Kelompok
|
Individual
|
|
Besar
|
Kecil
|
|
Kuliah
|
Seminar
|
Proyek
|
Demonstrasi
|
Workshop
|
Penugasan/resitasi
|
Pengajaran
berkelompok
|
Permainan/kuis
|
Tutorial
|
Diskusi
|
Brainstorming
|
Pembljrn
jarak jauh
|
Debat
|
Buzz group
|
Percakapan 1
lawan 1
|
Pertanyaan-jawaban
|
Perjalanan
ke lapangan
|
|
Video
|
Permainan
peran
|
|
|
Ice breaker
|
|
|
Simulasi
|
|
|
Studi kasus
|
|
- Macam-macam Metode Pembelajaran
Macam-macam metode pembelajaran sangat banyak, beragam
dan terus berkembang. Namun di sini, penulis akan menyajikan macam-macam metode
pembelajaran tersebut berdasarkan pedoman pembelajaran yang diterbitkan oleh Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan tahun 2008,[25] yaitu
sebagai berikut:
a.
Metode Ceramah, yaitu penuturan
bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila pengunaannya
betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan
batas-batas kemungkinan penggunannya.
b.
Metode Demonstrasi, yaitu metode
penyajian pelajaran dengan mem-peragakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekadar tiruan.
c.
Metode Diskusi, yaitu metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama
metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu kepu-tusan
(Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu
argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman.
d.
Metode Simulasi. Simulasi berasal
dari kata simulate yang artinya
berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat
diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan
untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
e.
Metode Tugas dan Resitasi. Metode
tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu.
Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu
atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di
perpustakaan dan tempat lainnya.
f.
Metode Tanya-jawab, yaitu metode
mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang
sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau
siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan
timbal balik secara langsung.
g.
Metode Kerja Kelompok. Metode
kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa
siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri
ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).
h.
Metode Problem Solving. Metode problem
solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan.
i.
Metode Sistem Regu (Team Teaching), yaitu metode mengajar
dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi
kelas dihadapi beberapa guru. Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu
regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan orang
luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.
j.
Metode Latihan (Drill). Metode latihan pada umumnya
digunakan untuk memeperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang
telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif
siswa untuk berpiki, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat
kewajaran dari metode drill.
k.
Metode Karyawisata (Field-Trip). Karyawisata dalam arti
metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan karyawisata dalam
arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka
belajar.
l.
Metode Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learn-ing), yaitu
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial,
dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke
permasalahan/konteks lainnya.
m.
Metode Cooperative Learning, yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur.
n.
Metode Eksperimen, yaitu suatu
kegiatan pendidik dan anak didik untuk mencoba mengerjakan serta mengamati
proses dan hasil suatu percobaan.
Dari sekian banyak metode tersebut, bukan tidak
mungkin jika masih ada (banyak) metode yang oleh sebagain pakar dikategorikan
sebagai metode pembelajaran.
D. Pemilihan Metode Pembelajaran
Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana memilih
strategi pembelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran guru kaku dengan
mempergunakan satu atau dua metode, dan menterjemahkan metode itu secara sempit
dan menerapkan metode di kelas dengan metode yang pernah ia baca, metode pembelajaran
merupakan cara untuk menyampaikan, menyajikan, member latihan, dan memberi
contoh pelajaran kepada siswa, dengan demikian metode dapat di kembangkan dari
pengalaman, seseorang guru yang berpengalaman dia dapat menyuguhkan materi
kepada siswa, dan siswa mudah menyerapkan materi yang disampaikan oleh guru
secara sempurna dengan mempergunakan metode yang dikembangkan dengan dasar
pengala-mannya, metode-metode dapat dipergunakan secara variatif, dalam arti
kata kita tidak boleh monoton dalam suatu metode.
Menurut Oemar Hamalik, pendidik dapat memilih satu
atau beberapa strategi sekaligus secara bervariasi sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, materi (bahan) yang disampaikan, motivasi anak didik, media
serta kemampuan pendidik dalam menerapkannya.[26]
Selain itu, Muhammad Ali berpendapat, bahwa dalam
menggunakan metode pembelajaran, harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
- Kesesuaian metode dengan tujuan pengajaran
- Kesesuaian metode dengan materi pelajaran
- Kesesuaian metode dengan sumber dan fasilitas tersedia
- Kesesuaian metode dengan situasi-kondisi belajar mengajar
- Kesesuaian metode dengan kondisi siswa
- Kesesuaian metode dengan waktu yang tersedia.[27]
Untuk lebih jelasnya, berikut prinsip-prinsip dasar
dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan rekomendasi
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan tahun 2008: [28]
1. Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak
bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi
pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir
pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat
terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran
adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh
siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Tujuan
pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru. Misalnya,
seorang guru Olahraga dan Kesehatan menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa
dapat mendemontrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar. Dalam hal ini
metode yang dapat membantu siswa-siswa mencapai tujuan adalah metode ceramah,
guru memberi instruksi, petunjuk, aba-aba dan dilaksanakan di lapangan,
kemudian metode demonstrasi, siswa-siswa mendemonstrasikan cara menendang bola
dengan baik dan benar, selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas,
siswa-siswa kita tugasi, bagaimana menjadi keeper, kapten, gelandang, dan apa
tugas mereka, dan bagaimana mereka dapat bekerjasama dan menendang bola. Dalam
contoh ini, terdapat kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan psikomotorik.
Demikian juga diaplikasikan kemampuan afektif, tentang bagaimana kemampuan
mereka dalam bekerjasama dalam bermain bola dari metode pemberian tugas yang
diberikan guru kepada setiap individu.
Dalam silabus telah dirumuskan indikator hasil belajar
siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat empat komponen
pokok dalam merumuskan indikator hasil belajar yaitu:
a.
Penentuan subyek belajar untuk
menunjukkan sasaran relajar.
b.
Kemampuan atau kompetensi yang dapat
diukur atau yang dapat ditampilkan melalui peformance siswa.
c.
Keadaan dan situasi dimana siswa
dapat mendemonstrasikan perfor-mancenya
d.
Standar kualitas dan kuantitas
hasil belajar.
Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan
pembelajaran maka dapat dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsure: audience (peserta didik), behavior (perilaku yang harus dimiliki),
condition (kondisi dan situasi) dan degree (kualitas dan kuantítas hasil
belajar).
2. Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa
Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman
tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran
harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya
terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas yang
bersifat psikis atau aktivitas mental.
Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi
materi pengajaran kepada siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan
adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Sewaktu memberi materi
pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai siswa, untuk
mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan pretes tertulis, tanya
jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat
menyusun strategi memilih metode pembelajaran yang tepat pada siswa-siswa.
Apa metode yang akan kita pergunakan? Sangat tergantung
juga pada pengetahuan awal siswa, guru telah mengidentifikasi pengetahuan awal.
Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan kita ajarkan, jika siswa
tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau memiliki pengalaman, maka
kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan metode yang bersifat belajar
mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan ceramah, demonstrasi, penampilan,
latihan dengan teman, sumbang saran, pratikum, bermain peran dan lain-lain.
Sebaliknya jika siswa telah memahami prinsip, konsep, dan fakta maka guru dapat
mempergunakan metode diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden,
sifat metode ini lebih banyak analisis, dan memecah masalah.
3. Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan
Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi
siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga
meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena itu strategi
pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara
terintegritas. Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah,
program studi diatur dalam tiga kelompok. Pertama,
program pendidikan umum. Kedua,
program pendidikan akademik. Ketiga,
Program Pendidikan Agama, PKn, Penjas dan Kesenian dikelompokkan ke dalam
program pendidikan umum. Program pendidikan akademik bidang studinya berkaitan
dengan keterampilan. Karena itu metode yang digunakan lebih berorientasi pada
masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalam
pokok bahasan. Umpamanya ranah psikomotorik lebih dominant dalam pokok bahasan
tersebut, maka metode demonstrasi yang dibutuhkan, siswa berkesempatan
mendemostrasikan materi secara bergiliran di dalam kelas atau di lapangan. Dengan
demikian metode yang kita pergunakan tidak terlepas dari bentuk dan muatan
materi dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada siswa.
Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa
prinsip yang harus diketahui di antaranya:
a. Interaktif
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik
antara guru dan siswa, siswa dengan siswa atau antara siswa dengan
lingkungannya. Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa akan
berkembang baik mental maupun intelektual.
b. Inspiratif
Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif,
yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa
berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sndiri, sebab pengetahuan pada
dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar.
c. Menyenangkan
Proses pembelajaran merupakan proses yang
menyenangkan. Proses pembelajaran
menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik dan menarik dan
pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan
pola dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang relevan.
d. Menantang
Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang
siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak
secara maksimal. Kemampuan itu dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa
ingin tahu siswa melalui kegiatan mencobaoba, berpikir intuitif atau
bereksplorasi.
e. Motivasi
Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk
membelajarkan siswa. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan
siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Seorang guru harus dapat
menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa,
dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh nilai
atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.
4. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang
Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran
satu jam pelajaran 45 menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang
sebelumnya, termasuk di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran, perangkat
pembelajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti
transparan, chart, video
pembelajaran, film, dan sebagainya.
Metode pembelajaran disesuaikan dengan materi, seperti
Bidang Studi Biologi, metode yang akan diterapkan adalah metode praktikum,
bukan berarti metode lain tidak kita pergunakan, metode ceramah sangat perlu
yang waktunya dialokasi sekian menit untuk memberi petunjuk, aba-aba, dan arahan.
Kemudian memungkinkan mempergunakan metode diskusi, karena dari hasil praktikum
siswa memerlukan diskusi kelompok untuk memecah masalah/problem yang mereka
hadapi.
5. Jumlah Siswa
Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas
perlu mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar
proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama
pengelolaan kelas dan penyampaian materi.
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran
akan tercapai apabila mengurangi besarnya kelas, sebaliknya pengelola pendidikan
mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung tingginya biaya pendidikan
dan latihan. Kedua pendapat ini bertentangan, manakala kita dihadapkan pada
mutu, maka kita membutuhkan biaya yang sangat besar, bila pendidikan
mempertimbangkan biaya sering mutu pendidikan terabaikan, apalagi saat ini
kondisi masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Ukuran kelas besar dan jumlah siswa yang banyak,
metode ceramah lebih efektif, akan tetapi yang perlu kita ingat metode ceramah
memiliki banyak kelemahan dibandingkan metode lainnya, terutama dalam
pengukuran keberhasilan siswa. Di samping metode ceramah guru dapat
melaksanakan tanya jawab, dan diskusi. Kelas yang kecil dapat diterapkan metode
tutorial karena pemberian umpan balik dapat cepat dilakukan, dan perhatian
terhadap kebutuhan individual lebih dapat dipenuhi.
6. Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar
Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman,
pribahasa mengatakan Pengalaman adalah guru yang baik, hal ini diakui di
lembaga pendidikan, kriteria guru berpengalaman, dia telah mengajar selama
lebih kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon kepala sekolah boleh mengajukan
permohonan menjadi kepala sekolah bila telah mengajar minimal 5 tahun. Dengan
demikian guru harus memahami seluk-beluk persekolahan. Strata pendidikan bukan
menjadi jaminan utama dalam keberhasilan belajar akan tetapi pengalaman yang
menentukan, umpamanya guru peka terhadap masalah, memecahkan masalah, memilih metode yang tepat, merumuskan
tujuan instruksional, memotivasi siswa, mengelola siswa, mendapat umpan balik
dalam proses belajar mengajar. Jabatan guru adalah jabatan profesi, membutuhkan
pengalaman yang panjang sehingga kelak menjadi profesional, akan tetapi profesional
guru belum terakui seperti profesional lainnya terutama dalam upah (payment), pengakuan (recognize). Sementara guru diminta
memiliki pengetahuan, menambah pengetahuan (knowledge
esspecialy dan skill), pelayanan (service), tanggung jawab (responsibility) dan persatuan (unity) (Glend Langford, 1978). Di samping
berpengalaman, guru harus berwibawa. Kewibawaan merupakan syarat mutlak yang
bersifat abstrak bagi guru karena guru harus
berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang akademik dan
sosial, guru merupakan sosok tokoh yang disegani bukan ditakuti oleh anak-anak
didiknya. Kewibawaan ada pada orang dewasa, ia tumbuh berkembang mengikuti
kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat, kewibawaan mudah luntur oleh
perbuatan-perbuatan yang tercela pada diri sendiri masing-masing. Jabatan guru
adalah jabatan profesi terhomat, tempat orang-orang bertanya, berkonsultasi,
meminta pendapat, menjadi suri tauladan dan sebagainya, iamengayomi semua
lapisan masyarakat.
Berikut penerapan metode pembelajaran yang disesuaikan
dengan sasaran domain/ranah masing-masing.
TABEL 3
PENGGUNAAN
METODE PEMBELAJARAN SESUAI
DOMAIN MASING-MASING
METODE PEMBELAJARAN
|
DOMAIN/RANAH
|
||
KOGNITIF
|
AFEKTIF
|
PSIKOMOTORIK
|
|
Ceramah
|
J
|
|
|
Demonstrasi
|
J
|
|
|
Diskusi (diskusi kelas, diskusi kelompok, diskusi panel,
curah pendapat)
|
J
|
J
|
|
Simulasi (role playing, sosiodrama, psikodrama, simulasi
game, peer teaching)
|
|
J
|
J
|
Penugasan/resitasi
|
|
|
J
|
Tanya-jawab
|
J
|
|
|
Kerja kelompok
|
J
|
|
|
Problem solving
|
J
|
|
|
Team teaching
|
J
|
|
|
Drill
|
|
J
|
|
Field-trip
|
J
|
|
|
Contextual teaching and learning (CTL)
|
|
|
J
|
Cooperative learning
|
J
|
|
|
Eksperimen
|
|
|
J
|
BAB
III
PENUTUP
Dari penelusuran tentang pendekatan, strategi, dan metode pembela-jaran sebagaimana
dilakukan di atas, diperoleh suatu kesimpulan, bahwa:
1.
Pendekatan pembelajaran lebih
merupakan titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran yang
sifatnya masih sangat umum; di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Strategi
pembelajaran lebih berifat konseptual untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Sedangkan metode pembelajaran lebih menekankan pada cara yang digunakan guru
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.
Dalam menerapkan metode
pembelajaran, sejatinya guru dapat memilih dan menggunakannya dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut: kesesuaian metode dengan tujuan pengajaran, kesesuaian
metode dengan materi pelajaran, kesesuaian metode dengan sumber dan fasilitas
tersedia, kesesuaian metode dengan situasi-kondisi belajar mengajar, kesesuaian
metode dengan kondisi siswa, dan kesesuaian metode dengan waktu yang tersedia.
3.
Guru atau calon duru hendaknya
memahami perbedaan istilah antara pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik,
dan model pembelajaran, serta mengetahui bagaimana cara memilih dan
menggunakannya agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan dapat
mencapai tujuan pembelajaran secara optimal [.]
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2008. Guru dalam Proses Belajar
Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, Cet. XIII
Bahri, Syaiful dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya,
(Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Echol, J. M. dan Hasan Sadili. 1987. Kamus Inggris-Indonesia, Cet XV,
Jakarta: Gramedia.
Fuad, Zakky. 2002. Konsep
Strategi Belajar Mengajar Qur’ani, Surabaya: Nizamia, Jurnal Pendidikan
IAIN Sunan Ampel.
Hamalik, Oemar. 1994. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: PT. Trigenda Karya.
_________ 2001. Proses
Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan dan Moedjiono. 1996. Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Rosda Karya.
Poerwadarminta, W.J.S. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran; Teori dan
Praktik Pengembangan KTSP, Jakarta: Kencana.
Sudradjat, Akhmad. http://www.psb-psma.org/content/blog/
Posted Jum’at, 03/10/2008/ 13:12.
Sujono, A. Dj. 1980. Pendahuluan Didaktik Metodik
Umum, Bandung: Bina Karya.
Suprayekti. 2004. Interaksi Belajar Mengajar,
Jakarta: Depdiknas.
Suyanto.
2008. http://www.klubguru.com/posted/ 03
Maret 2008
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan; Suatu
Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya.
[1] Wina
Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran;
Teori dan Praktik Pengembangan KTSP, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 213.
[2] Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Depdiknas, 2004), h. 18.
[4] J. M. Echol dan Hasan Sadili, Kamus Inggris-Indonesia, Cet XV
(Jakarta: Gramedia, 1987), h. 560.
[5] Zakky Fuad, Konsep Strategi Belajar Mengajar Qur’ani, (Surabaya: Nizamia,
Jurnal Pendidikan IAIN Sunan Ampel, 2002),
h. 51.
[6] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), h. 32
[7] Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :
PT. Rineka Cipta, 1996) h. 5.
[8] Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rosyda Karya, 1996), h. 5
[9] Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: PT.
Trigenda Karya, 1994), h. 79.
[10] Ahmad
Rohani, Pengelolaan Pengajaran, h.
34.
[11]
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran;
[12] W.J.S.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 649.
[13] Oemar Hamalik, Proses Belajar
Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.
[14] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan; Suatu Pendekatan
Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 202.
[15] A. Dj.
Sujono, Pendahuluan Didaktik Metodik Umum, (Bandung: Bina Karya, 1980),
h. 160.
[16]
Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar…, h. 9.
[17]
Akhmad Sudradjat, dalam http://www.psb-psma.org/content/blog/
Posted Jum’at, 03/10/2008/ 13:12.
[18]
Suyanto, dalam http://www.klubguru.com/posted/
03 Maret 2008
[19]
Akhmad Sudradjat, dalam http://www.psb-psma.org/content/blog/
Posted Jum’at, 03/10/2008/ 13:12.
[20]
Ibid.
[21]
Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar, h. 18-19.
[22] Ibid, h. 19-20.
[23] Oemar
Hamalik, Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran, h. 86.
[24] Ibid, h. 90.
[25]
Departemen Pendidikan Nasional, Strategi
Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta: Direk-torat Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008),
h. 13-43.
[26] Oemar
Hamalik, Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran, h. 81.
[27]
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2008), Cet. XIII, h. 88.
[28]
Departemen Pendidikan Nasional, Strategi
Pembelajaran dan Pemilihannya, h. 44-50.
0 komentar:
Posting Komentar